Selasa, 09 September 2008

Pesan konyol (ternyata akhirnya benar) yang diucapkan mami saat aku pamitan berangkat kerja pertama adalah : "ya ati2, siapkan hati jadi orang tua. Jangan kaget saat dipanggil ibu".
Kata "ibu" memang sudah biasa aku dengar. Bahkan beberapa hari sebelumnya teman2ku biasa menggunakan kata "ibu" untuk "ngeledek" aku. Jadi aku menganggap pesan ini terlalu konyol.
Sesampai di tempat baru, aku sedikit gugup juga. Banyak mata memandang ke arahku. Mungkin mereka melihat aku sebagai makluk aneh saat itu. Atau mungkin mereka tidak pernah melihat sesosok guru secantik aku? (hehehe)
Bel awal pelajaran berbunyi. Dengan hati yang berdebar - debar akupun memasuki ruang kelas tempat aku alan "ngajar". Meskipun sudah biasa berhadapan dengan anak- anak, tapi saat itu aku merasa benar2 "deg-degan". Bukan anak2 yang membuat aku "deg-degan". Tapi status baruku.
Hem... "Slamat pagi anak - anak!" sapaku pada mereka.
"Selamat pagi Bu...!" sahut mereka.
Upss "bu". Ya mereka memanggil aku "ibu". Sepertinya waktu itu keringatku melebihi aliran sungai Bengawan Solo di musim kering derasnya. (halah..hiperbola banget sie...)
Ya tidak ada yang salah dengan kata2 itu. Sekali lagi, aku sudah biasa mendengar kata itu. Bahkan kata itu juga sudah biasa ditujukan kepadaku oleh teman2ku beberapa hari sebelumnya saat mereka "ngeledek" aku.
Tapi hari itu....
Kata2 itu bukan kata "ledekan". Kata2 itu diucapkan oleh anak2 yang memang sudah menjadi 'anak - anakku' .
Anak - anakku? Ya... mulai hari itu mereka adalah anak - anakku. Ya setidaknya untuk beberapa jam selama di sekolah :)
Aku jadi ingat sesuatu.
Beberapa tahun lalu, saat aku berdoa dengan sungguh2, bahkan mungkin bisa dikatakan bergumul. Saat aku berdoa bagi "anak-anak"ku, saat aku mengharapkan suatu kepastian masa depan bagi "anak - anak"ku. Waktu itu Tuhan dengan segera (saat itu juga), menjawab doaku. KataNya : "Semua anakmu akan menjadi murid Tuhan, dan besarlah kesejahteraan mereka" (Yesaya)
Hemm.. aku sempat sharingkan hal ini dengan teman2ku. Ya... lagi2 mereka menertawakan aku. Kata mereka aku terlalu buru - buru memikirkan anak - anakku. Harusnya suami dulu yang dipikirkan. Pacar dulu lah....baru memikirkan anak - anak. Ya... tidak salah juga sie.
Hem...lepas dari janji Tuhan bagi masa depan anak2ku. Saat itu aku berhadapan dengan puluhan anak yang memanggil aku "ibu". Dan itu tidak salah. Sekali lagi, aku adalah ibu mereka. Mengingat janji Tuhan lagi, mungkinkah mereka itu anak2 yang Tuhan berkati dalam doaku dulu ya.... mungkinkah mereka anak2 yang Tuhan katakan SEMUA ANAKMU, itu.
Lepas dari ya dan tidaknya, aku berharap mereka juga yang Tuhan maksud sebagai anak2ku. Dengan demikian, mereka juga berhak menerima janjiNYA. Menjadi murid Tuhan dan besar kesejahteraannya. Amin.

1 komentar:

NAUFAL mengatakan...

bLOGna inspiratip banget! Apik mbanget dlm bahasa bumen.
Makasih dah mampir ke blog ndeso kami. Salam damai..